Posted in Tulisan

Before You Go

Merpati adalah lambang pemersatu hati, lambang kesetiaan yang tak pernah diragukan, seekor merpati enggan jatuh cinta kembali setelah ia menemukan satu hati, Ia akan memilih menua sendiri hingga mati daripada harus berbagi hati kembali.

Seperti itulah engkau, merpatiku. Selalu menemani menulis cerita dalam hariku, laksana hanya sebuah goresan pena, dan kau adalah pensil pemberi warna, memberi warna dalam setiap sketsa, engkau adalah senyuman yang bertebaran dalam kabut duka kehidupan, seperti itulah engkau, merpatiku.

Dan Bagaimana dengan aku ? 

Mungkin, bagimu aku pun adalah merpatimu, tapi tidak bagiku, aku adalah serigala yang selalu menerkam mangsa, tinggal bersamaku hanyalah menunggu waktumu, kau akan terkoyak dengan kuku tajamku, hingga sayapmu penuh luka, kau tak akan bisa mengudara. Kenapa kau memilih hidup bersamaku ? Bahkan kau mempunyai impian untuk tinggal dalam satu atap hunian ? Bukankah seorang merpati haruslah hidup dengan merpati ? Mencipta kisah indah tanpa sedikitpun gelisah.

Menggenggam tangan adalah simbol kebersamaan, tapi Aku adalah duri, menggenggamku, kau hanya akan melukai diri, memelukku kau hanya kan merajam hati, penuh luka kau tak akan temukan bahagia, rumahku yang kau tempati tak lagi layak kau singgahi, beberapa kali hujan masuk tanpa mengucap permisi, atapnya telah rentan akan hujan, dan kau adalah orang yang terlalu takut akan hujan, Seharusnya kau tinggal dalam balutan selimut kehangatan, bukan dekapan untuk melawan kedinginan.

Merpatiku, kini sudah saatnya kau terbang dari sangkarmu, aku akan melepas rantai yang mengikat kakimu, Kau bebas terbang melintang mencari hati yang lapang, kau harus bebas dari dekapan duka. Bersamaku kau hanya akan menulis cerita pedihmu, kau tak pernah bisa menemukan bahagia, sebab bukanlah di sini tempatmu menanam bahagia.

Kau mungkin mengelak, dan berkata Aku bahagia bersamamu, kau bohong dan kau bukan orang yang pandai berbohong, kerap kali dalam tidurmu, aku menjumpai jatuhnya air matamu, mengisak tangis pertanda hatimu kian teriris, menahan luka hanya untuk membuatku tertawa.

Terimakasih untukmu merpatiku, kau telah bertahan menahan sayatan dan gorenan, entah berapa kali aku melukai, kau tetap berada di sini menemani. Namun manusia selalu mencari kebaikan setiap harinya, begitupun aku, aku tak bisa membiarkan kau terluka kembali, seberapapun aku mengharapmu, aku harus melepasmu. Temukan sepasang merpati yang bisa kau ajak untuk berbagi hati, aku hanyalah orang yang berego tinggi, hatimu akan patah berkali-kali bila kau memilih tinggal di sini.

Sebelum engkau beranjak pergi, ingatlah bahwa kita bukanlah hati yang saling memahami, kita hanyalah hati yang saling melukai, kita bukanlah hati yang saling menggenapi, kita hanyalah hati yang saling menahan diri. 

Merpatiku, kelak jikalau kau telah temukan sepasang hati, secara tidak sengaja kau akan teebang melintasi rumah ini, singgahlah, entah aku masih di sini atau telah beranjak pergi, paling tidak sedikit mengobati rasa lelah dalam melangkah, paling tidak kau mengingat tentang seseorang yang pernah berusaha membuatmu bahagia, tentang seseorang yang berusaha mendekapmu namun justru melukaimu.

Terbanglah, merpatiku…

Han Y. Rahmat

Author:

I'm Textrovert. Seseorang yang begitu mudah menuliskan namun begitu susah mengungkapkan. Pengagum senja di pangkuan buku dan pena. Tentu saja dengan secangkir teh di samping tangan kanannya.

Leave a comment