Posted in Tulisan

DARI HUJAN

Aku adalah Hujan, Bila tidak suka silahkan berteduh. Kau bebas menggunakan payung ataupun jas hujan untuk menjagamu dari kedinginan. Masih banyak teras rumah untuk Kau singgah bila Kau takut basah. Kau bisa berhenti dari perjalananmu ketika hadirku mengganggu pandanganmu dan Kau pun bisa memakiku. Kau bisa mencelaku, mengadu kepada Tuhanmu untuk kepergianku. Kau mengusirku, seolah aku adalah parasitisme pengganggu, lantas Kau menatap langit penuh dengan rasa amarahmu dan mengumpat kepadaku.
Maaf, bila hadirku di pagi hari membuat aktifitasmu terbebani, hingga ucapan selamat pagi dari terkasihmu berganti pesan penuh dengan tanda seru, Kau pun tetap menyalahkanku. Perlahan umpatanmu menghilang kala malam menjelang dan aku kembali datang, Kau telah sibuk dengan mimpi yang tenang, tampak kecewamu telah tertukar dengan senyummu. Namun tak beranjak lama ketika pagi tiba, Kau kembali seperti sedia kala, menatapku penuh cela.
Apakah aku akan berhenti datang ? Tidak !!! pada dukamu, ada beberapa orang yang menaruh suka kepadaku, mereka memujiku dengan secangkir kopi di kala sendu. Dikala aku tiba, mereka bersiap dengan beberapa buku dan pena, ada diantara mereka yang menulis cerita tentang perasaannya, tentang sepi, patah hati, atau tentang hujan di sore hari, katanya setiap hadirku selalu menambah pilu untuk dituang kedalam buku. Diantara mereka ada pula yang bermandi riang dikala aku datang, Bau tanah yang ku ciptakan seakan mampu menghipnotis suasana obrolan, mereka mendadak terdiam, kedua tangannya bersatu, pikiriannya menerawang tak tentu. Mereka lah orang-orang yang selalu menghargai setiap kedatangan.

Untukmu yang membenciku…


Cacilah aku sesukamu, makilah aku sampai habis semua sarkasmu, tapi pernahkah kau berpikir, bahwa hadirku pasti akan menuai akhir ? Bukankah setiap kedatangan selalu berujung kepulangan ? Aku hanya singgah sementara, mengusik nyamanmu sebentar saja, bila kau tetap tak suka, bersamalah orang-orang yang berkumpul melantunkan do’a agar aku hilang seketika, tapi sadarlah, aku tak sepenuhnya berpihak kepadamu, aku akan tetap datang meski kalian berharap aku menghilang. Satu saja pertanyaanku, kenapa kau menjual namaku, atas nama rasa kepada kekasihmu ? Terkadang kau terlalu aneh, mencintai pelangi namun aku kau benci, bagaimana pelangi bisa ada tanpa aku mendahuluinya ?

Untukmu yang menyukaiku…


Aku akan terus bersamamu, melengkapi setiap inspirasi dalam secangkir kopi, aku akan selalu menjadi panaroma yang indah dipandang, meskipun hanya lewat kaca yang membentang. Tertawalah saat aku menyapamu, mungkin kalian sudah ditelan rindu akan kedatanganku, bersama hangatnya api, aku mampu menjadi teman dalam setiap cerita yang kau bagi. Beberapa sajak tentangku telah dibaca oleh ratusan manusia, terkadang mereka terbawa suasana, hingga tak terasa lingkar peluk kekasihnya semakin melekat di pingganggnya. Terimakasih Kau telah mencintaiku, aku akan hadir dalam setiap selimutmu, memberikan rasa nyaman dalam lautan impian.

Dariku, teman lamamu.
Hujan.